Rabu, 27 April 2016

6 Budak wanita yang berhasil mengukir sejarah


Sejarah dunia memiliki riwayat kelam terkait perbudakan. Di masa lalu, perbudakan terhadap ras yang dianggap lebih rendah merupakan praktik yang umum ditemui. Butuh perjuangan yang sangat panjang hingga praktik perbudakan bisa dihentikan. Dibutuhkan begitu banyak nyawa yang terenggut untuk mewujudkan kesetaraan yang bisa kita nikmati sekarang. Bahkan setelah undang-undang internasional yang melarang perbudakan diresmikan, masih banyak negara yang tetap menjalankan praktik ilegal ini.

Di antara para budak yang namanya tercatat dalam sejarah, 6 wanita ini termasuk segelintir di antaranya. Ada yang berhasil lepas dari perbudakan dan menjadi tokoh besar. Sementara yang lainnya melawan tradisi perbudakan yang melanggar hak asasi manusia hingga titik darah penghabisan. 

1. Santa Batildis


Balthild atau dikenal juga sebagai Santa Batildis dari Ascania adalah seorang santo yang hidup di Prancis pada abad 7. Batildis adalah seorang budak sebelum menjadi permaisuri Raja Clovis II, raja Burgundy dan Neustria.

Batildis sebenarnya memiliki darah bangsawan. Namun dia dijual sebagai budak sejak remaja. Dia sempat bekerja untuk Erchinoald, kepala istana Neustria. Erchinoald sempat berniat untuk memperistri Batildis. Namun nasib justru membawanya ke peraduan Raja Clovis II. Batildis diangkat sebagai ratu dan melahirkan tiga putra untuk Clovis. Kelak semua putranya akan menjadi raja.

Setelah Clovis mangkat, Batildis mengambil alih tugas raja selagi mempersiapkan putranya sebagai raja yang baru. Selama masa pemerintahannya, Batildis menghapuskan praktek perdagangan budak Kristen. Dia juga memperjuangkan pembebasan budak anak-anak dengan harta kekayaannya.

Menurut Catholic Encyclopedia, Batildis mundur dari tahta di usia senja. Sang ratu menghabiskan masa tua dengan hidup membiara sampai ajal menjemputnya pada tahun 680. 2 Abad setelah kematiannya, Paus Nicholas I menahbiskan Batildis sebagai salah satu santo.

3. Chica da Silva


Perempuan berdarah campuran kulit hitam dan putih ini memiliki nama asli Francisca da Silva de Oliveira. Namun warga Brasil mengenalnya dengan namana Chica da Silva atau Xica da Silva.

Chica diingat karena kesuksesannya meniti tangga sosial hingga bersanding dengan kaum kulit putih, meskipun dia sendiri dilahirkan sebagai seorang budak. Chica telah berganti-ganti tuan sebelum diperistri Joao Fernandes da Oliveira, seorang pengusaha tambang berlian berkulit putih. 

Bagi warga Brasil, kisah hidup Chica merupakan simbol dari 'demokrasi rasial'. Hubungan Chica dan de Oliviera menjadi skandal sosial, karena terjadi pada masa ketika kesetaraan antara kaum kulit putih dan kulit berawrna belum dikenal. Namun Chica berhasil menyeberangi hambatan kasta dan menjadikan dirinya sebagai salah satu wanita paling berpengaruh di zaman kolonial

4. Choe Suk-bin


Choe Suk-bin, salah satu selir paling berpengaruh Raja Sukjong juga termasuk salah satu budak wanita yang berhasil meniti tangga sosial. Meskipun keberhasilannya menjadi istri raja berawal dari keberuntungan, Choe terlibat dalam pergolakan politik sengit di istana dan berhasil keluar sebagai pemenang.

Tak banyak fakta sejarah mengenai Choe Suk-bin yang berhasil diungkap. Sejarah hanya menyebutkan dirinya terlahir dalam keuarga dari kasta cheonmin, strata sosial terendah pada masa Dinasti Joseon. Versi cerita yang paling populer menyebutkan kalau Choe adalah musuri, budak yang bertugas menyiapkan air di istana.

Choe bertemu dengan Raja Sukjong karena kebetulan. Sang raja memergokinya tengah memanjatkan doa untuk Ratu Inhyeon yang tengah diasingkan. Padahal perbuatan itu bisa membuatnya kehilangan nyawa. Namun pengabdian luar biasa Choe dan kemurnian hatinya membuat sang raja tertawan.

Setelah diangkat menjadi selir, Choe mulai terlibat dalam perebutan kekuasaan sebagai pendukung Ratu Inhyeon. Kehadirannya perlahan memudarkan pengaruh Jang Hui-bin, selir yang tengah menguasai istana. Pada akhirnya, Choe dan para sekutunya berhasil mengembalikan Ratu Inhyeon ke istana. Dia juga melahirkan Pangeran Yeoning yang kelak bergelar Yeongjo, salah satu raja terbesar dalam sejarah Korea.

4. Maria


Tak ada julukan, marga, atau nama belakang. Seajrah hanya mengenalnya dengan nama Maria. Dia adalah seorang pemimpin pemberontakan terhadap tuan tanah Belanda.

Maria merupakan salah satu budak wanita Curacao yang bekerja sebagai juru masak di perkebunan St. Maria. Maria mengajak sejumlah budak Afrika untuk memberontak kepada pemilik perkebunan yang dikelola oleh Geoctroyeerde Westindische Compagnie itu. Pada tanggal 15 September 1716, pecahlah pemberontakan yang menewaskan sejumlah orang kulit putih.

Sayangnya pemberontakan itu bisa dipadamkan dalam waktu singkat. Alih-alih membebaskan para budak kulit hitam, Maria justru dihukum mati. Perempuan pemberani ini meregang nyawa di tiang hukuman bakar pada tanggal 9 November 1716.

5. Kosem Sultan


 Kosem Sultan adalah salah satu wanita paling berpengaruh dalam sejarah Dinasti Ottoman, Turki. Dia adalah selir favorit Sultan Ahmed I. Dia dibawa dari Yunani ke Bosnia sebagai budak. Setelah memasuki harem Sultan Ahmed I, dia berpindah keyakinan menjadi Islam dan segera menjadi selir kesayangan sultan.

Menurut Famous Ottoman Women, Kosem Sultan memerintah di balik tirai dengan jabatan haseki sultan setelah suaminya meninggal dunia. Kekuasannya berlanjut dan semakin besar ketika dirinya bertahta sebagai valide sultan mewakili putranya, Murad IV dan Ibrahim. Dia juga menjadi penguasa di balik bayangan untuk cucunya, Mehmed IV yang masih di bawah umur.

Meskipun memiliki ambisi yang besar sebagai penguasa, Kosem Sultan juga dikenal karena jiwa sosialnya. Salah satu kebijakannya adalah membebaskan para budak setelah mengabdi selama 3 tahun. Sang ratu tewas karena dicekik pada tahun 1632. Spekulasi yang beredar menyebutkan kalau salah satu musuh besar Kosem Sultan di istana yang memerintahkan pembunuhannya.

6. Al-Khayzuran binti Atta


Al-Khayzuran binti Atta adalah ratu dari Khalifah Al-Mahdi dari Dinasti Abbasiyah. Dia juga ibu dari Harun al-Rasyid, raja terbesar dalam sejarah Abbasiyah.

Menurut Saudi Aramco World, Al-Khayzuran berasal dari Jorash, Arab Saudi. Dia diculik oleh seorang Badui dan dijual di sebuah pasar budak. Al-Khayzuran dibeli sebagai pelayan untuk Al-Mahdi, namun dalam waktu singkat dia sudah menduduki posisi sebagai salah satu selir sang raja.

Al-Khayzuran dikenal sebagai wanita yang cerdas dan memiliki ambisi besar. Dia berhasil meyakinkan sang suami untuk menjadikan putranya sebagai pewaris tahta. Tak banyak bukti sejarah yang menyebutkan pencapaian Al-Khayzuran di bidang politik.

Namun namanya diabadikan dalam kepingan mata uang, istana, dan makam para raja Abbasiyah. Perlakuan ini tidak didapatkan para ratu Abbasiyah yang lain.


0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com