Sahabat, berkembangnya opini di masyarakat yang kerap menyebutkan bahwa ibu yang telah punya anak lebih dari satu akan lebih mampu menguasai diri, adalah kurang tepat. Kondisi seorang ibu pasca melahirkan buah hatinya yang pertama dengan kondisi pasca persalinan berikutnya (kedua, ketiga atau keempat) sangatlah berbeda. Sebagai perbandingannya adalah saya sendiri. Sebagai ibu tiga putra, saya justru mengalami “relaks” saat memiliki anak ketiga. Saat kehadiran anak pertama dan kedua, saya kurang mampu menguasai rasa khawatir yang berlebihan, kesulitan mengatur emosi menghadapi anak pertama dan kurang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap kerewelan anak. Karena kepanikan, berakibat pada cara pengasuhan anak pun berbeda-beda. Jangan khawatir ya sahabat, kalian tidak sendirian. Agar tidak muncul rasa bersalah di lubuk hati terdalam, yuk kulik apa saja sih fakta yang kerap muncul yang membedakan kondisi seorang ibu tersebut?
1. Usia
Yuk ingat-ingat, usia berapakah saat sahabat memiliki anak pertama? Jika perlu catat ulang, bagaimanakah emosi kita saat itu. Lalu bandingkan dengan usia kita saat melahirkan dan membesarkan anak berikutnya. Pertambahan usia sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan, tingkat kelelahan dan kegesitan kita dalam mengasuh anak. Semakin bertambah usia, semakin kecil pula kemampuan kita mengatasi rasa lelah. Fisik tidak lagi bugar dan kerap sulit mengerjakan beberapa aktivitas di waktu bersamaan seperti menyelesaikan pekerjaan kantor lalu membereskan rumah sambil memasak untuk makan malam.
2. Berat badan
Beberapa ibu mengeluhkan kondisi berat badannya yang tak bisa pulih setelah melahirkan anak kedua dan ketiga. Betapa sulit menghindari cemilan yang ada di meja yang tak dihabiskan oleh si sulung dan akhirnya jadi santapan kita. Kadang kala ibu harus langsung mengeloni si kecil padahal perut baru saja diisi dengan banyak kalori. Akibatnya, kenaikan berat badan tak dapat dihindari. Jika sudah demikian, gerak aktif seorang ibu menjadi berkurang dan tubuh tak lagi gesit. Jadi jangan salahkan diri jika dulu masih bisa wira wiri kesana sini tanpa ngos-ngosan, tapi sekarang cepat kelelahan.
3. Kurang olahraga
Susah mengatur waktu untuk pekerjaan dan rumah sudah membuat tekanan batin bagi seorang ibu pekerja. Ditambah sisa waktu untuk mengurus diri sendiri yang terasa sulit bukan main. Olahraga sebagai solusi untuk memompa kelancaran aliran darah dan memperbaiki hormon tubuh terasa jauh dari harapan seorang ibu dengan dua buah hati atau lebih yang masih berusia balita. Jangan sedih ya sahabat. Banyak ibu yang berusaha mencuri waktu untuk menggerakkan tubuhnya saat mengajak si kecil berjalan-jalan sore atau pagi. Atau saat balita mengajak bermain kuda-kudaan, petak umpet dan kejar-kejaran dengan Ibu. Keseruan itu bisa digunakan untuk menarik tubuh ke kanan dan kiri atau melakukan peregangan ringan selama beberapa menit.
4. Perbedaan emosi si kecil
Banyak yang cuhat, anak pertamaku mudah beradaptasi dengan orang lain saat berada dilingkungan baru namun anak kedua dan ketiga selalu bergantung pada ibunya. Tidak mau dipisah dan sangat rewel. Memang ya sahabat, kita tak bisa menyalahkan kondisi emosi anak. Tipe kepribadian mereka sudah pasti beda-beda. Namun semakin kita pandai memahami dan cepat belajar dari anak, maka kita semakin pandai memilih jenis pengasuhannya.
5. Lingkungan sekitar
Beberapa sahabat pasti kerap mengeluh saat pengasuh anak kedua tidak selincah pengasuh anak pertama. Ditambah kondisi orangtua atau mertua yang tak lagi muda sehingga cepat “kurang sabaran” dalam mengatasi cucu kedua atau ketiga. Sebaiknya sahabat jangan terlalu terpaku dengan situasi yang demikian ya. Sebab itu persiapkan diri bahwa situasi baru tak selalu sama. Jika saat membesarkan anak pertama, pengasuh yang kita miliki sangat baik dan orangtua masih lengkap. Bukan berarti kondisi tersebut harus sediakala. Jika situasinya berubah, tenagkan hati dan besarkan jiwa. Buatlah pilihan dari yang termudah hingga tersulit demi kebaikan buah hati dan masa depannya.
6. Kemampuan menyusui
Inilah hal yang paling memicu stres bagi ibu yang baru saja melahirkan. Baik anak pertama, kedua atau ketiga. Ditambah dengan faktor-faktor di atas lalu diikuti dengan faktor ini, ibu mudah terjerat dengan sikap pesimis dalam menyusui buah hatinya. Akibatnya, kemampuan menyusui untuk buah hati berbeda-beda. Jika sebelumnya sukses, di proses menyusui buah hati yang kedua atau ketiga menyusut tanpa sebab. Jangan sedih ya sahabat. Cobalah berbagi dengan ibu-ibu menyusui lain, dokter dan konselor ASI. Semakin besar kesedihan dan tekanan yang memaksa pikiran kita akibat membandingkan si A dan si B, ASI kita semakin berkurang. Jadi cobalah untuk berpikir terbuka bahwa setiap anak yang kita susui memiliki kebutuhan dan kemampuan menyusui yang berbeda. Meninjau fakta-fakta di atas, ada baiknya kita mencoba menikmati proses kehadiran buah hati yang baru dengan sukacita. Dengan berlatih untukenjoy, legawa dan ikhlas terhadap sebuah rutinitas baru, insyaallah naluri keibuan dan hormon di tubuh kita akan menyesuaikan. Syukuri saja semuanya dan jangan terlalu memaksakan diri untuk menjadi super mom yang harus menyelesaikan semua dengan sempurna. Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar